Pages

Sunday, March 3, 2013

paristiwa di kotaku

Hujan di kotaku

Hujan. Serangkaian air yang turun dari atas entah itu dari langit atau surga. Air hujan itu selalu terlihat berlomba-lomba untuk jatuh ke bumi dimata saya. Ada yang bilang, hujan adalah berkah namun ada juga yang bilang hujan itu pertanda buruk. Saya sendiri percaya keduanya. Terkadang hujan memang sebuah berkah yang luar biasa, namun tak jarang pula hujan itu sebagai pertanda buruk. Tergantung dimana hujan itu datang dan kondisi daerah yang dikunjungi hujan serta dari kacamata mana seseorang menilai hujan itu sendiri.

Hujan itu menjadi berkah ketika musim kemarau yang tak kunjung usai, begitu pula sebaliknya, hujan bisa menjadi pertanda buruk tatkala hujan datang berhari-hari tak kunjung reda pula. Banjir melanda seluruh wilayah daerah sekitar sungai.



Bagi saya, hujan adalah pertanda buruk dan berkah. Pertama, hujan sebagai pertanda buruk. Jangan salah mengartikan kata “pertanda buruk”, karena yang saya maksudkan “pertanda buruk” adalah hanya sebagai tanda saja atau sebagai peringatan buat manusia. Setiap kali hujan datang, hal itu selalu mengingatkan manusia akan bahaya banjir, sehingga manusia membersihkan sungai-sungai dan saluran2 air yang sering terlupa ketika hujan tak lagi datang. Hujan juga selalu mengingatkan manusia akan bahaya penyakit demam berdarah, agar manusia selalu rajin membersihkan air kamar mandi dan juga air2 tergenang lainnya yang pada intinya mengajari manusia untuk selalu waspada dan menjaga kebersihan.

Kedua, hujan sebagai berkah. Pengertian kata berkah disini juga luas. Berkah itu tak harus berbentuk sesuatu yang nyata. Kebahagiaan, ketenangan dan kesejukan juga termasuk berkah bukan?

Ya, bagi saya hujan memberikan kesejukan, ketenangan dan kebahagiaan. Coba rasakan dan resapi betapa kesejukan yang diberikan hujan pada kita itu melebihi kesejukan AC. Cobalah renungkan ketenangan seperti apa yang diberikan hujan pada kita? Sebuah ketenangan yang luar biasa melebihi ketenangan yang terjadi ketika bu narti atau pak dang goreng sedang mengajar saya waktu SMA dulu.

Lantas kebahagiaan apa yang hujan berikan pada kita?

Kebahagiaan yang diberikan hujan itu juga tergantung bagaimana kita menikmati hujan dan menilai hujan itu sendiri seperti kesejukan dan ketenangan yang hujan berikan. Kebahagiaan itu bisa berupa tidur pulas, atau yang lainnya.

Dan hari ini saya menikmati hujan dengan cara seorang fahmi kecil dulu. Ya, saya menikmati hujan yang turun dengan derasnya di kota kelahiran saya siang ini dengan cara fahmi kecil. Pada awalnya saya hanya memandang hujan itu dan mencoba menghitung jumlah air yang jatuh sebisa saya. Namun seketika itu saya teringat sebuah kebiasaan yang sering saya lakukan waktu kecil tatkala hujan turun yaitu bermain kapal kertas. Saya pun langsung mengambil kertas dan membuat kapal dari kertas. Lalu mengambil payung dan berjalan keluar menuju jembatan sambil membawa 4 buah kapal yang siap berlayar. Setelah sampai di jembatan saya pun mulai menjatuhkan kapal pesiar saya 2 buah dan mengamati laju kapal pesiar itu hingga tak terlihat oleh kedua mata saya.
Masih ada 2 buah kapal yang memang saya sisihkan untuk jalur pelayaran yang lain yakni di sebuah selokan depan rumah saya. Saya mulai melepaskan kapal dari rumah saya yang kemudian saya ikuti hingga akhirnya berakhir pula di sungai. Ah, betapa menyenangkannya saat2 itu. Sebuah kebahagiaan masa kecil yang sedang saya ulangi.

Lantas, bagaimana cara anda menikmati hujan? Duduk, nonton tv, tiduran di kamar, bernyanyi, maen hujan2an, berfacebook ria, atau hanya mendengarkan lagu sambil melihat hujan? Tak ada masalah dengan cara menikmati hujan,asalkan anda memang sudah menikmati hujan itu sebagai berkah bukan sebagai musibah atau kesialan.

0 comments:

Post a Comment